KOPPAJA PAPUA |
22.20.00 |
0
komentar
Sandiwara Langit di Distrik Pyramid Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua
Perjalanan Awal Sebuah Pengabdian di Distrik Pyramid Kabupaten Jayawijaya Papua
Oleh : B.M.Taburay
Sejak September 2014 lalu, aku di
tempatkan untuk mengajar di SMPN 2 Asologaima. Sebuah sekolah menengah
pertama yang terletak di
kecamatan Pyramid (
distrik Pyramid), kabupaten
Jayawijaya, Papua. Kabupaten Jayawijaya tergolong daerah maju bila
dibandingkan dengan kabupaten di sekelilingnya, karena kabupaten ini
merupakan kabupaten induk sebelum adanya pemekaran.
Meskipun demikian, ada beberapa kecamatan
di kabupaten ini yang masih tergolong daerah tertinggal dan sepertinya
sulit untuk berkembang, salah satunya adalah kecamatan dimana aku
ditempatkan, yaitu kecamatan Pyramid (distrik pyramid). Daerah ini adalah daerah
perbatasan antara Kab. Jayawijaya dan Kab. Lany Jaya.
Fasilitas umum didaerah ini masih sangat
minim. Akses komunikasi juga sulit karena belum ada sambungan telepon.
Sinyal HP juga susah didapatkan. Kalaupun ada, itu harus ke
tempat-tempat tertentu saja. Daerah ini cukup dikenal oleh banyak orang.
Bahkan dari kabar-kabar yang beredar, daerah ini adalah tempat bagi
Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Berdasarkan keterangan yang
aku dapatkan dari kepala sekolah, nama kecamatan Pyramid diambil dari
sebuah gunung berbentuk seperti piramida yang terletak di tempat ini.
Orang yang pertama kali memberi nama Pyramid adalah orang barat yang datang ke Papua sebagai misionaris.
Aku dan beberapa teman tinggal di perumahan guru berbentuk mes yang
terdiri dari beberapa bilik. Sebuah bilik ditempati oleh kepala sekolah
dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan apabila beliau datang dari
Wamena, dan sebuah bilik lagi tempat kami tinggal.
Ketika malam tiba, suasana terasa sangat
sunyi dan sepi, seolah seperti tinggal di daerah hutan. Hanya ada
suara-suara binatang malam yang saling bersautan. Suasana malam di
tempat ini juga bertambah seram karena persis di depan posko
kami terdapat bangunan tua yang sudah tidak berpenghuni sejak tahun
2000, tepatnya saat terjadi kasus wamena bedarah. Menurut informasi yang
aku dapat, banyak guru-guru yang berasal dari jawa kembali pulang
karena tidak tahan dengan situasi yang memang terasa mencekam.
Di sebelah kanan rumah kami terdapat
bangunan sekolah yang sudah tua dan juga sepertinya kurang perawatan,
yang setiap hari kami gunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Banyak
paku-paku atap (seng) bangunan ini yang sudah lepas. Sehingga ketika
hujan akan datang, hembusan angin yang bertiup cukup kencang akan
menimbulkan bunyi berisik tersendiri.
Di belakang sekolah terdapat sebuah
komplek pekuburan milik warga Pyramid. Seolah mengingatkan kami agar
selalu ingat akan kematian, juga keikhlasan dalam memberikan pendidikan
kepada anak didik kami di sini. Terkadang aku duduk termenung sambil
berfikir mungkin inilah hikmah Allah SWT tempatkan kami di sini dengan
kondisi seperti ini.
Hari-hari pertama mengajar di
SMPN 2 Asologaima, jujur, aku tidak bisa mandi pagi ketika hendak
berangkat ke sekolah. Karena bagiku airnya terasa begitu dingin.
Bagaikan air yang baru keluar dari freezer. Hehe, maklumlah,
sebelumnya aku sudah lama tinggal di Pekanbaru, daerah yang terkenal
cukup panas. Sehingga aku hanya cuci muka, gosok gigi, dan basuh kepala
secukupnya. Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan
mandi pagi. Bahkan kini sudah menjadi kebiasaan dan berangsur menjadi
kebutuhan.
Cerpen By B.M.Tabuni
Category:
Artikel,
Berita,
Bisnis,
Distrik Pyramid,
Ilmu Pengetahuan,
Kesehatan,
Olahraga,
Penonggalo,
Teknologi
0 komentar